Berkaca pada Hati: Jabatan atau Kepakaran?

 

Sebagai seorang akademisi, mestinya yang dikejar bukanlah jabatan (rektor, wakil rektor, dekan atau wakil dekan), tetapi mengejar kepakaran di bidang masing-masingnya. Banyak meneliti, dan menulis, dan banyak menginspirasi mahasiswa yang dibimbingnya. Salah kaprah jika seorang akademisi meng-impikan jabatan struktural disebuah Perguruan Tinggi (itu impian yang sesat). Mestinya mereka meluruskan niat, bahwa menjabat itu berarti harus mampu membawa perubahan positif bagi lingkungannya, tidak sekedar memimpin tapi juga memberikan solusi pada setiap perkembangan yang ada sebagai tangggungjawab.

Tanggungjawab terbesar dipundak dan dibenak orang-orang yang menjabat ini, adalah mereka yang harus mampu menciptakan strategi-strategi yang sistematis dalam membawa kemajuan lembaga yang dipimpinnya. Para pemimpin harus bekerja lebih keras dari orang lain. Lebih keras dalam berpikir dan menemukan titik kebijakan bagi lembaga yang dipimpinnya.

Mereka juga harus mampu menjadi role model dan inspirator terbaik, tidak saja perannya sebagai seorang akademisi (menghasilkan karya gemilang), sebagai pemimpin (mampu memimpin), maupun juga sebagai seorang pribadi (menunjukkan kinerja terbaik).

Sesungguhnya seorang akademisi yang terpilih menjabat disebuah universitas atau fakultas, tentunya adalah orang-orang hebat, yang mampu bekerja lebih keras, lebih cerdas, dan mampu menginspirasi banyak orang untuk maju. Jangan sampai salah kaprah, hanya duduk di belakang meja, menikmati fasilitas, menikmati gaji yang lebih banyak, tetapi tidak membawa perubahan yang signifikan bagi lembaga yang dipimpinnya. Hal ini telah terjadi pada para menteri, gubernur, bupati, walikota, atau pun anggota DPR yang terhormat di Indonesia. Tidak banyak membawa perubahan, tetapi justru mengerogoti bangsanya sendiri dengan perbuatan tercela (korupsi). Na'uzubillah.

Untuk itu hendaknya kita berkaca pada hati masing-masing. Dari mana kita berasal, apa yang telah kita perbuat, dan mau kemana pada akhirnya hidup kita berlabuh. Kita semua adalah seorang akademisi yang dituntut untuk mampu melaksanakan Tri Darma perguruan tinggi, dengan sebaik mungkin, dan sepenuh hati. Jabatan bukanlah tujuan kita, tetapi mendidik mahasiswa menjadi orang-orang terpelajar dan berbudi pekerti adalah tujuan kita, menghasilkan karya ilmiah terbaik, melakukan pengabdian pada masyarakat dan bangsa adalah tujuan kita. Jika pun pada akhirnya kita dipilih untuk menjabat, hendaknya mengingat niatan awal, bahwa tujuannya adalah membawa perubahan positif bagi lembaga, bekerja lebih keras dari orang lain, berpikir lebih keras dari orang lain, dan mampu menjadi role model yang terbaik bagi orang lain. Karena setiap orang sudah ditakdirkan pada sekelumit waktu di kehidupannya untuk berperan pada posisinya masing-masing, maka pilihan ada ditangan manusia itu sendiri. Menjadi pemenang, pecundang, atau malinkundang, semua tak terlepas dari kontribusi diri manusia itu sendiri. Jadi hal terbaik apa yang akan kita lakukan ke depan?

 

————————-

Oleh: Triantoro.Safaria.PhD@gmail.com.

MENYONGSONG KURIKULUM 2013 TANPA CEMAS

 

 

Wacana perombakan kurikulum masih menjadi berita terhangat di kalangan pendidik dan praktisi pendidikan. Praktisi pendidikan Ki Supriyoko telah mengingatkan, uji publik perubahan kurikulum jangan formalitas. Menurutnya, pemerintah perlu terbuka menerima masukan dan kerja keras untuk menghasilkan kurikulum yang menjawab tantangan zaman. Lebih dari itu, kata Supriyoko, bisa diterjemahkan di kelas. Bisakah kita menyongsong Kurikulum 2013 tanpa cemas?

 

Perubahan kurikulum merupakan suatu keniscayaan yang terjadi. Di Indonesia, kurikulum mengalami perubahan dari masa ke masa, seiring dengan pergantian menteri. Dulu semasa penulis duduk di bangku SD, dikenalkan konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Lambat laun berubah menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan yang saat ini berlaku, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

 

Atas fenomena itu, sebagian masyarakat mengkritiknya dengan sebuah pameo yang khas, "ganti menteri ganti kurikulum". Kini, tatkala pemerintah sedang menggulirkan rencana perombakan kurikulum (dari KTSP menjadi Kurikulum 2013), pameo khas tersebut muncul kembali. Bagi saya, munculnya kembali pameo "ganti menteri ganti kurikulum" perlu dijadikan semacam warning bagi pemerintah, khususnya Kemdikbud. Apa pasal?

 

Sebab, pertama, publik memiliki harapan yang besar terhadap Kurikulum 2013. Publik berharap, Kurikulum 2013 dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas, serta kualitas pendidikan nasional. Kedua, peran guru sebagai penerjemah isi dan konsep Kurikulum 2013 di kelas. Kedua hal tersebut, menurut hemat saya, perlu dicatat oleh pihak Kemdikbud agar isi dan konsep kurikulum yang tengah dirancang terus mengalami perbaikan.

 

Terkait peran guru di kelas sebagai penerjemah kurikulum, saya ingin berikan argumentasi lain. Becermin dari pengalaman pribadi, setiap tahun ajaran baru saya selalu memikirkan cara-cara inovasi mengajar yang baru pula. Selain itu, saya bukan tipe guru yang menyuruh para siswanya harus membeli Lembar Kerja Siswa (LKS). Untuk materi ajar dan latihan soal saya sering mencupliknya dari buku-buku teks yang ada, selain juga hasil kreativitas sendiri.

 

Bagi saya, menjadi guru kreatif dan inovatif tidaklah repot dan harus mengeluarkan biaya mahal. Kuncinya, asalkan kita rajin membaca buku, koran, senang berdiskusi (lewat forum MGMP), kelak kualitas pembelajaran di kelas akan meningkat. Di samping itu, siswa pun tidak menjadi bosan dalam mengikuti mata pelajaran yang kita ampu. Barangkali, kejenuhan yang dialami para siswa saat ini karena gurunya mengajar dengan satu pendekatan semata.

 

Selain faktor guru, yang tak kalah penting ialah peran orangtua. Dalam pandangan saya, orangtua memiliki peran yang sama pentingnya dengan guru di kelas. Keberhasilan (atau kegagalan) implementasi kurikulum senyatanya ditentukan oleh peran guru dan/atau orangtua. Di lingkup pendidikan dasar, peran orangtua dianggap peletak dasar bagi perkembangan intelektual, moral, dan spiritual anak-anaknya. Tanpa itu, keberhasilan kurikulum hanyalah mimpi.

 

Pungkasnya, jika pihak Kemdikbud bersikeras bahwa Kurikulum 2013 jalan terus, maka persiapan yang dilakukan harus betul-betul matang. Lebih dari itu, kurikulum baru tersebut dapat menjawab tantangan zaman. Guna menyikapi hal itu, guru dan orangtua memiliki peran penting dalam mempersiapkan pelaksanaan Kurikulum 2013. Demi terwujudnya generasi emas Indonesia, saya pikir pihak Kemdikbud tidak berbuat setengah-setengah, apalagi setengah hati.[]

 

 

————————————————

 

Oleh: Sudaryanto, M.Pd.
Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UAD Yogyakarta;
Penulis Buku Guru Bukan Tukang Mengajar (2012)

 

Andai Bumi Bisa Bicara: “RAWAT AKU AGAR HIDUP LEBIH LAMA”

 

Pada hari Senin, 22 April 2013, Prodi PGSD dan PG PAUD yang bertempat di Kampus V Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Jl. Kyai Ageng Pamanahan no. 19, Sorosutan, Yogyakarta, telah menyelenggarakan peringatan hari bumi dengan tema “Satukan Tekad Selamatkan Bumi Kita Dari Sekarang untuk Masa Depan” Ketua Program Studi PGSD Dra. Sri Tutur Martaningsih, M. Pd beserta Ketua Program Studi PG PAUD Dra. Alif Mua’rifah, S. Psi, M. Si sangat mendukung terhadap berlangsungnya kegiatan tersebut. Tujuan diselenggarakannya acara ini ialah sebagai wujud kepedulian terhadap bumi, serta memunculkan kesadaran bagi mahasiswa, dosen dan segenap civitas akademika, serta masyarakat terhadap pentingnya menyelamatkan bumi dari kerusakan.

 

Peringatan hari bumi ini sejalan dengan visi misi Prodi dimana salah satu visinya adalah berwawasan lingkungan. Hal tersebut juga dituangkan dalam mata kuliah pendidikan lingkungan hidup (PLH) bagi mahasiswanya. Diharapkan ke depan Prodi PGSD dan PG PAUD bisa mencetak calon pendidik SD dan PAUD yang berwawasan lingkungan dan dapat menularkan ilmu yang didapatkan kepada anak sedini mungkin.

Berbagai rangkaian acara telah diselenggarakan, antara lain car free day. Ketika masuk lingkungan kampus, kendaraan dimatikan mesinnya yang  berlangsung dari pukul 08.00-12.00 WIB. Selain itu, dilakukan aksi penulisan pesan di atas kain putih sepanjang 5×2 meter. “Segenap civitas akademika baik mahasiswa, dosen, karyawan, satpam, cleaning service, terlibat dalam kegiatan tersebut dan cukup antusisas menuliskan pesan sebagai wujud kepedulian terhadap keselamatan bumi mendatang” ujar salah satu dosen Dholina Inang Pambudi, M. Pd.

 

Salah satu cuplikan pesan yang ditulis oleh mahasiswa adalah “Andai bumi itu bisa bicara, dia akan berkata “Rawat aku agar dapat hidup lebih lama” Marilah selamatkan bumi sekarang juga dari kita, untuk kita. (Doc)

Guru Inspiratif Ujung Tombak Keberhasilan Pendidikan

 

Guru adalah sebuah profesi yang mulia. Bahkan guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Profesi guru adalah sebuah amanah yang besar, yang harus dijalani dengan melibatkan segenap kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual. Apabila guru hanya melibatkan kemampuan intelektual saja, maka guru tersebut hanya akan menjadi guru yang teoritis. Apabila hanya melibatkan sisi emosional saja yang dominan, maka akan melahirkan guru yang temperamental. Ada beberapa kasus guru memukul siswa karena siswa tidak bisa menjawab sesuai dengan keinginan guru. Seharusnya menjadi seorang guru adalah panggilan hati sehingga bersinergi antara sisi intelektual (ilmu yang dikuasai), emosional (peka dan mampu memahami peserta didik), dan spiritual (guru adalah sebuah amanah sekaligus ibadah yang akan dipertanggung jawabkan kepada Yang Maha Kuasa).

Guru sebagai tenaga pendidik profesional tidak cukup hanya menguasai ilmu yang akan diajarkannya, melainkan juga dituntut memahami kondisi peserta didik yang dihadapinya. Sehingga sangat diperlukan guru yang inspiratif, yang mampu mendidik, memberi teladan yang baik, dan bisa memahami kondisi kejiwaan peserta didik, serta mampu memotivasi dan memberi semangat peserta didiknya ke arah kemajuan.

Guru yang inspiratif harus mampu memberikan layanan pendidikan kepada peserta didik dengan berbagai latar belakang yang berbeda (fisik, intelektual, sosial-emosional). Setiap individu adalah unik, ketika kita memperhatikan peserta didik di kelas dengan latar belakang usia hampir sama, akan memperlihatkan penampilan, kemampuan, temperamen, minat yang beragam terhadap suatu pelajaran.

Belum tentu anak yang duduk manis, diam itu memperhatikan dan mampu menyerap materi pelajaran dengan baik. Belum tentu juga anak yang ramai, tidak bisa diam di kelas itu identik dengan anak yang nakal dan bodoh. Agar kita bisa menjadi guru yang inspiratif seharusnya kita mampu memahami kondisi siswa yang beragam, dan selalu kita tanamkan bahwa “tidak ada anak yang bodoh” . Belum tentu anak yang dicap bodoh oleh gurunya itu tidak punya kelebihan, bisa jadi anak tersebut mempunyai kelebihan di bidang lain mungkin bisa menonjol di musik, interpersonal, intrapersonal, kinestetik, matematic logic, spacial, naturalis,  maupun perpaduan dari beberapa multiple intelegency tersebut.

Untuk itu, guru sebagai ujung tombak sekaligus garda terdepan terhadap keberhasilan pendidikan harus memiliki beberapa kompetensi, baik profesional, pedagogis, personal, sosial. Selain itu, kompetensi guru bukan hanya menguasai apa yang harus diajarkan, tapi bagaimana membelajarkan kepada siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan siswa menjadi semakin termotivasi ketika sedang belajar dengan sosok guru yang mampu memberi inspirasi tersebut.

Agar bisa menjadi sosok guru yang inspiratif, guru harus mampu memegang prinsip care, share, trust. Care, artinya mampu memberi perhatian pada siswa dari latar belakang (fisik, intelektual, sosio-emosional) yang berbeda, guru harus bisa merangkul, memberi semangat, dan memotivasi siswa di kelas. Share, artinya guru harus mampu membagi ilmu yang dimiliki dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menantang bagi siswa. Guru harus mampu merancang strategi pembelajaran,  metode, media yang menarik bagi siswa. Trust, artinya guru harus bisa menjadi sosok yang dapat dipercaya, dan bisa memberi teladan, serta  menanamkan karakter yang baik bagi siswa di sekolah.

Dengan mengenal lebih dekat pada peserta didik, guru akan dapat menemukan strategi yang tepat dalam memberikan bimbingan dan membangkitkan motivasi belajar mereka.

Apabila semua guru mampu memiliki mindset demikian, mampu memegang prinsip care, share, trust dan mempunyai kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual. Maka, peserta didik akan merasa nyaman berada di kelas, tidak ada anak yang membolos, bahkan kehadiran guru inspiratif tersebut akan selalu dinanti di kelas. Pada akhirnya guru inspiratif akan bisa mencetak generasi penerus yang berkarakter dan bisa menjadi ujung tombak keberhasilan pendidikan. Siapkah Anda menjadi guru yang inspiratif?

 

————

Dholina Inang Pambudi, M. Pd, Dosen FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Rayakan Hari Kartini Tanpa Mengenyampingka Kesetaraan Gender

Kartini-kartono PAUD PGSD UADMahasiswa PGSD -PGPAUD UAD yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) PGSD-PGAUD sukses menyelenggarakan peringatan Hari Kartini, Sabtu 20 April 2013. Acara ini dibuka oleh wakil dekan FKIP Bapak Dr. Suparman, M.Si, DEA dan Kaprodi PGPAUD, Dra. Alif Mu’arifah, S.Psi, M.Si. Dalam sambutannya beliau menegaskan bahwa mahasiswa harus “melek” terhadap apa yang telah diperjuangkan oleh R.A. Kartini, yaitu hak untuk maju dan berjuang mencapai kecerdasan.

Kaprodi PGSD, Ibu Dra. Sri Tutur Martaningsih, M.Pd juga menambahkan bahwa semua perlombaan yang diselenggarakan bukan hanya untuk mahasiswi, tetapi juga untuk para mahasiswa. Dari sini semakin terlihat jelas adanya kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan.  

Acara peringatan Hari Kartini diisi dengan berbagai lomba yaitu lomba fashion show, lomba menghias bekal anak, dan lomba kreasi jilbab. Lomba fashion show diadakan tidak sekedar untuk menampilkan busana terbaik tetapi juga untuk mencari mahasiswi-mahasiswa (Mbak Kartini & Mas Kartono) terbaik dan tercerdas. Harapannya siapapun yang terpilih dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa yang lain.

Lomba menghias bekal anak tidak kalah meriahnya karena tidak hanya diikuti oleh mahasiswi tetapi juga para mahasiswa. Lomba ini sengaja melibatkan mahasiswa dengan harapan agar laki-laki bisa ikut merasakan peran seorang wanita sebagai seorang ibu yang nantinya akan memiliki anak. Dengan cara demikan laki-laki juga bisa lebih menghargai seorang wanita.

Lomba yang ketiga yaitu kreasi jilbab. Lomba ini bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas calon guru. Menurut dosen kemahasiswaan PGSD, Amaliyah Ulfah, M.Pd kreativitas sangat penting dipahami oleh calon pendidik (guru) terutama kaitannya dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar seorang guru bertugas mentransfer segala pengetahuan kepada anak didik, tetapi sebagai pendidik seorang guru harus tahu dan punya banyak inisiatif untuk membimbing dan “mengantarkan” anak didik kepada pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.

Salah satu hal yang harus dipetik dari peringatan kegiatan ini adalah semangat yang luar biasa dari seorang Kartini. “Jadilah calon guru yang haus akan pendidikan. Guru yang bisa memberikan Inspirasi bagi siapapun”. Mari siapkan diri dengan baik dan hantarkan anak-anak kita menuju gerbang pendidikan demi kebangkitan bangsa tercinta. (AU).

 

D3 Farmasi UMM MoU dengan Farmasi UAD

Universitas Muhammadiyah Mataram (UMM) menggandeng Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dalam sebuah kerjasama yang dilakukan di Aula UMM.
Penandantanganan terselenggara setelah pihak Diploma Kesehatan UMM beserta jajaran rektor dan BPH berkunjung ke UAD untuk melakukan studi banding. Pada kesempatan tersebut, mereka juga melakukan pembicaraan awal mengenai isi MoU (Memorandum of understanding) yang akan dimuat.
Kerjasama yang disepakati menyangkut banyak hal, terutama pengembangan pendidikan dibidang kefarmasian. Bahkan UAD siap memfasilitasi pihak UMM untuk pendidikan lanjutan s2 dan s3 sampai ke luar Negeri. Terutama ke Belanda dan beberapa Negara yang sudah mempunyai kerjasama dengan UAD.
Acara penandatanganan MoU anatara UAD dan D3 Farmasi UMM diwakuli direktur Diploma Kesehatan UMM Ir. H. Hanafi Abdurachman, MP sementara dari pihak UAD dihadiri langsung oleh Dekan Fakultas Farmasi Dr. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si.Ph.D, Apt.
Proses tersebut juga disaksikan oleh Rektor UMM Drs. Mustamim H. Idris, MS serta didampingi oleh Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Mataram dan Badan Pembina Harian (BPH) UMM.
Setelah penandatanganan MoU, Dekan Farmasi UAD Dr. Dyah Aryani Perwitasari tersebut memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa D3 Farmasi UMM: "Saya berharap setelah sebulan panandatanganan MoU ini sudah ada yang bisa kita lakukan. Saya senang bekerjasama dengan target", tandasnya di sela-sela memberikan kuliah umum. (Sumber Lombok Post)

Mengembangkan Karakter Anak Melalui Buku Cerita Bergambar

PGSD dan PGPAUD UAD Adakan Lomba mewarnai dan menggambarSebagai upaya meningkatkan jiwa karakter mahasiswa, Prodi PG PAUD selenggarakan workshop teknik penulisan cerita bergambar pada tanggal 6-8 April 2013. Acara yang berlangsung di Ruang Sidang Kampus 5 UAD Jl. Kyai Ageng Pamanahan, Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakartatersebut mendatangkan beberapa pembicara dengan materi yang beragam.

Materi yang disampaikan pada hari pertama adalah seputar “Teknik menulis cerita” disampaikan oleh Dr. Rina Ratih Sri Sudaryani, M. Hum (Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UAD).  Pada hari kedua diisi oleh Nusritighfari Masri Khaerani, M.Psi (Dosen Psikologi UIN) dan Hanna Fatma Sari, M.Psi (Dosen PG PAUD UAD) dengan materi “Menganalisis isi cerita dari segi tahapan perkembangan anak”. Pada hari ketiga diisi oleh Avanti Vera Risti P., S.Pd (Dosen PG PAUD UAD) menyampaikan materi tentang “Teknik menggambar dan menulis cerita”, serta “Teknik mewarnai” diisi oleh Tri Jaka Nurjati.

 Workshop ini diikuti oleh 52 mahasiswa PG PAUD UAD dan 10 Mahasiswa PGSD UAD.Dalam workshop dibagi menjadi 11 kelompokHari pertama menghasilkan 10 cerita pendek dengan tema pengembangan karakter, hari kedua menghasilkan 10 cerita bergambar. Tujuan dari workshop ini adalah agar mahasiswa mampu membuat sekaligus mengembangkan karakter anak melalui buku ceritabergambar. (Dho)

Rakerpim Terapkan Melangkah Bersama Mecapai Visi UAD

 Rakerpim Terapkan Melangkah Bersama Mecapai Visi UADUniversitas Ahmad Dahlan (UAD) bersama civitas akademik selenggarakan Rapat Kerja Pimpinan (RAKERPIM) pada hari Sabtu 13 April 2013 di Hotel Ros In. Acara tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para pimpinan di tingkat Universitas, Fakultas dan Program Studi khususnya dalam pelaksanaan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Serta meningkatkan produktivitas program studi meliputi mutu lulusan dan produk-produk lainnya yang kompetitif.

Acara yang berteman "Melangkah Bersama Mecapai visi UAD" tersebut diharapkan dapat peningkatan pemahaman tata kelola yang integratif dan kesiapan kerja pimpinan di tingkat Fakultas dan Prodi secara sistematis dan berkesinambungan.

Drs. Muchlas M.T Waki Rektor 1 menyampaikan. Kita harus memberikan layanan yang bermutu bagi masyarakat dan mahasiswa, dengan adanya Rakerpim ini mari kita buat pelayanan yang mutu pada orang-orang sekitar kita"

Senada dengan Drs. Kasiyarno., M.Hum Rektor UAD dalam sambutannya juga menghimbau untuk menjadi orang yang suka memberi.

"Kami berharap dengan adanya Rakerpim ini juga dapat peningkatan kualitias layanan kepada stake holder dan dapat meningkatan produk-produk yang kompetitif di semua unit kerja" ungkap Dra. Listiatie Budi Utami, M. Sc selaku ketua penitian.

Acara tersebut melibatkan Dekan dan Wakil Dekan, Direktur dan Wakil direktur Pasca, Kepala Biro, Lembag dan Bada (Khusus untuk hari 1), Kepala Kantor Universias dan Fakultas serta Ketua Program Studi.

Selain Rakerpim juga ada ceramah Umum Kebijakan nasional di bidang Pendidikan Tinggi dan mengenai Undang-undang no 12 th 2012 yang di sampaikan oleh Koordinator Kopertis wil V Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES.DEA.

Bersama dengan tulisan ini dipublis, acara masih terus berlangsung sampai jam 17-30. (Sbwh)

 

UAD Kerjasama dengan PDM untuk Mengembangkan sekolah muhammadiyah

 UAD Kerjasama dengan PDM untuk Mengembangkan sekolah muhammadiyahJumat, 12 April Universitas Ahmad Dahlan (UAD) tandatangani Mou dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) di auditorium kampus 1. Hadir pada kesempatan tersebut Drs H M Buchori dan Rektor UAD serta dihadiri oleh guru-guru Muhammadiyah se-DIY.

Dalam sambutannya Rektor Drs Kasiyarno.M.Hum menyampaikan kometmen UAD dalam Mengembangkan sekolah muhammadiyah yang unggul dan bermutu dalam integritas intelektual dan moral keislaman.

“Hal tersebut berawal dari keprihatinan UAD terhadap sekolah-sekolah yang kurang mampu dan kurang unggul di beberapa tempat. Karena itu, bagaimana caranya sekolah-sekolah muhammadiyah juga mengalami kemajuan yang sama, sehat kualitasnya dan handal serta unggul dalam segala bidang.

Lebih lanjut rector menyampaikan. Bagi UAD hal tersebut sudah menjadi kewajiban kami merespon ajakan PDM sleman untuk sama-sama membangun sekolah-sekolah yang unggul.

Ketua PDM Sleman Buchori menambahkan, bahwa kualitas dan prestasi bukan hanya monopoli satu dua sekolah saja. Kami iri dengan instansi yang sudah menjalin kerjasama dengan UAD sebelumnya. Seperti yang diketahui, UAD sudah bekerjasama dengan SMP Muhammadiyah Prambanan, SMK Muhammadiyah Kalasan, PAUD dan beberapa sekolah lainnya.

Kami berharap banyak kepada UAD, lanjutnya lagi, demi perkembangan generasi penerus yang berahklak karimah. “Dengan adanya kerjasama ini, UAD menjawab keinginannya untuk Mengembangkan sekolah muhammadiyah. (Sbwh)

Kopma UAD Mengadakan Pertemuan Dengan HKMY

Kamis. 11 April 2013 lalu Kopma UAD mengadakan temu anggota Himpunan Koperasi Mahasiswa Yogyakarta (HKMY), Koperasi Pemuda Indonesia (KOPINDO) dan Forum Komunikasi Koperasi Mahasiswa Indonesia (FKKMI). Bertempat di ruang 301 ITC kampus 1 UAD. Dihadiri oleh delapan dari 15 anggota koperasi mahasiswa se-Jogja. Diantara 8 kopma itu ialah Kopma UAD, Kopma UNY, Kopma UGM dll.

Menurut Rachmat Hidayat ketua HKMY pertemuan ini membahas tentang isu – isu yang beredar di lingkungan HKMY itu sendiri. Menurutnya HKMY sekarang kurang kurang dikenal dikalangan para anggota kopma itu sendiri. Sehingga berdampak pada ketidaktahuan mereka tentang HKMY, dengan begitu pengetahuan mereka sangat minim. Berkembang dari isu – isu itu maka HKMY mengadakan pertemuan untuk membahas tentang solusi dan permasalahan yang dihadapi HKMY saat ini.

Diskusi berlangsung dengan sangat seru diantaranya menyinggung masalah proker HKMY yang sangat banyak. Tapi, dalam pelaksanaanya kurang realisasi. Karena dalam hal ini sosialisasi sangat minim sekali sehingga berimbas pada para anggota kopma yang tidak tahu.

Dari pertemuan ini akhirnya tercapailah resolusi-resolusi dari seluruh diskusi diantaranya adalah mewajibkan kopma yang ada di DIY jika ada diklat harus menyertakan materi tentang HKMY. Pertemuan lain juga harus diadakan seperti temu PSDA se-Jogja 3 tahun lalu. Walaupun pertemuan ini dirasa kurang cukup melahirkan kesepakatan. Maka, diskusi ini akan dilanjutkan tanggal 19 April 2013. Tempat menyesuaikan.

Harapan ke depannya HKMY tetap eksis sebagai himpunan untuk koperasi-koperasi yang ada di jogja dan tidak mati suri. (Datudwija)

 

 

Read more