Konvergensi Media Cetak di Era Digitalisasi
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, dewasa ini tengah gencar digitalisasi. Digitalisasi adalah masa saat teknologi digital marak digunakan oleh berbagai kalangan. Dampaknya, keberadaan media massa, terutama media cetak, mulai dipandang sebelah mata oleh masyarakat luas.
Inilah salah satu alasan Koran Sindo mengadakan road show ke seluruh wilayah Indonesia, yang salah satunya bertempat di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Acara talk show dan work show dengan tema “Konvergensi Media di Era Digitalisasi” tersebut melibatkan tiga pembicara dengan beberapa pembahasan. Di antaranya perkembangan jurnalistik dan permasalahannya, identifikasi media cetak, serta beberapa informasi mengenai I News TV.
Dewasa ini, keingintahuan masyarakat mengenai teknologi serta kebiasaan masyarakat yang selalu menyerap informasi secara instan, membuat media digital lebih dipilih daripada media cetak. Namun, kurangnya pemahaman masyarakat mengenai penggunaan media digital, membuat tidak sedikit dari mereka yang akhirnya terjerat hukum. Inilah dampak yang paling mudah dijumpai jika masyarakat belum memahami fungsi dan manfaat dari media digital.
“MNC Group adalah perusahaan yang dinilai paling siap dalam melakukan perubahan dan pembenahan dalam konvergensi media cetak di era digitalisasi ini,” kata Dwi Sasongko selaku wakil pemimpin redaksi Koran Sindo dalam pemaparan materinya.
Perlu diketahui, konvergensi merupakan penyatuan antara media cetak dengan media digital sehingga tidak ada ketimpangan antara keduanya, dan menjadi setara. MNC Group dinilai paling siap dalam melakukan konvergensi karena mempunyai banyak media massa, baik cetak maupun digital (TV, dan lain-lain), serta jumlahnya pun tidak kurang dari sepuluh macam. MNC Group juga telah membangun infrastuktur media, dan tengah membangun pusat pemberitaan yang besar di Jakarta.
Selain itu, patut diketahui bahwa ada dua faktor yang membuat media cetak masih akan surfive. Di antaranya dikarenakan kepercayaan iklan yang masih tinggi kepada media cetak, juga pengaruh internet yang tidak terlalu kuat. Inilah yang membedakan media cetak dengan media digital. Media digital keberadaan dan pengaksesannya sangat membutuhkan jaringan internet. Jika jaringan internet sulit atau bahkan tidak ada, maka media digital pun tidak dapat digunakan.
“Kepercayaan dan kesetiaan masyarakat terhadap media cetak merupakan hal yang paling penting untuk mendukung dan mempertahankan keberadaan media cetak. Karena kepercayaan masyarakatlah yang membuat kami tetap kokoh hingga saat ini,” tutup Dwi. (AKN)

Selasa (28/4/2015), Koran Sindo mengadakan road show di Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi salah satu persinggahannya. Talk show dan work show yang bertema “Konvergensi Media di Era Digitalisasi” tersebut diadakan di auditorium kampus I UAD Jalan Kapas, 09 Semaki, Yogyakarta, dari pukul 09.00-15.00 WIB.
“Bungkuslah mayat saya dengan bendera Muhammadiyah.”
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bidang Deputi Pencegahan Korupsi dalam kerja dengan Pendidik Muda Ahmad Dahlan (PMAD) dan mahasiswa UAD sebagai relawan KPK, diterjunkan di Prenggan Kotagede. KPK memilih kampung Prenggan sebagai “
Komisi Pemberantasan Korupsi mencoba mencari model atau pola yang tepat untuk pencegahan korupsi berbasis keluarga. Salah satunya dengan memberikan pendampingan ke kampung Prenggan, Kotagede, Yogyakarta.
Pergerakan Islam berwatak tajdid dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 mendatang, tidak hanya akan menggelar agenda pikiran, kebijakan, serta program-program aksinya dalam skala daerah, nasional, maupun internasional. Lebih dari itu, yakni kebutuhan mendasar Muhammadiyah untuk mampu mengidentifikasi problem kenegaraan yang terdiri atas legislatif, eksekutif, dan yudikatif, termasuk penegakan hukumnya. Selain itu, juga akan disertai kajian dan analisis untuk menemukan argumen sosial politik guna menemukan konsep yang utuh serta rasonal terkait keharusan dalam pusaran politik praktis yang sarat kasus, isu, dan intrik-intrik politik seperti terlihat saat ini.
