Nurul Arisanty: Sarjana Kesehatan Masyarakat Pendiri Rumah Baca Sukajadi

Mengilhami semangat Ki Hajar Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia tidak harus dilakukan secara formal di sekolah dan oleh tenaga pendidik. Pandangan pemikiran Bapak Pendidikan Nasional tersebut adalah pendidikan harus terlaksana di tiga lingkungan (tri-pusat pendidikan), yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pandangan tersebut kiranya yang mengilhami Nurul Arisanty Hrp., S.K.M. membuka Rumah Baca Sukajadi (RBS).

Lewat akun jejaring sosial Instagram @rumah.baca.sukajadi, terlihat seluruh kegiatan rumah belajar yang terletak di Bengkalis, Duri, Riau. Siapa yang menyangka jika pendiri rumah baca tersebut adalah seorang sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (FKM UAD). Nurul telah membuktikan bahwa dia sangat peduli dengan pendidikan anak-anak generasi milenial di sekitar rumahnya. Gadis kelahiran 2 Februari 1994 tersebut mengaku prihatin dengan kondisi dunia anak-anak “takut kotor kena tanah”.

“Selain ingin menciptakan generasi yang tidak manja dan sepele dengan kehidupan orang lain dan dirinya sendiri, aku juga ingin menginspirasi pemuda/i negeri ini, kalau membuka rumah baca tidak perlu budget besar, cukup niat besar dan teman-teman berjiwa besar,” jelas Nunun, begitu ia kerap disapa.

Mendirikan rumah baca adalah cara Nunun untuk memenuhi keinginannya mengedukasi anak-anak agar memiliki kehidupan kanak-kanak yang semestinya, bukannya kehidupan milenial saat teknologi mendorong mereka dewasa terlalu cepat. Nunun menggunakan satu ruangan di rumah keluarganya sebagai basecamp rumah baca dan karena terletak di Jalan Sukajadi maka rumah baca tersebut diberi nama Rumah Baca Sukajadi (RBS). Ia berharap dengan penamaan yang demikian, dapat memicu munculnya rumah baca-rumah baca lainnya yang ikut bergerak mewadahi adik-adik yang ingin menjadi juara, khususnya dalam mengendalikan emosional dirinya sendiri.

Sebagai sarjana kesehatan masyarakat, Nunun tentu tidak serta merta mengabaikan apa yang ada di luar bidangnya. Gadis yang bekerja sebagai tenaga non-medis di RSU Mutia Sari Duri tersebut mengaku mulai memiliki keinginan untuk membuka rumah baca sejak 2012. Saat itu, ia tengah aktif menggeluti berbagai organisasi sekaligus berinteraksi dengan masyarakat, saat itulah ia tersadar bahwa dunia anak-anak di abad ini sangat memprihatinkan.

Alhamdulillah, masyarakat merespons positif. Anak-anak setiap hari minggu diberi izin seharian bergabung dengan RBS, bahkan meminta untuk diberikan kelas les untuk anak-anak mereka,” ujar alumnus yang sempat tergabung dalam BEM FKM, IMM FKM, Madapala dan Lensa Fotografi tersebut.

Saat ini, RBS digawangi oleh lima orang staf relawan dalam mendampingi 15 anak didik yang berasal dari pemukiman sekitar rumah baca. Di RBS, anak-anak dapat mengikuti berbagai kegiatan seperti program belajar bahasa Inggris setiap Minggu pagi, membuat kerajinan tangan, mengikuti berbagai perlombaan, bahkan piknik sambil belajar.

Nunun mengaku permasalahan yang dihadapi adalah manajemen waktu dan stok buku yang dimiliki. Kelima relawan memiliki pekerjaan masing-masing, dan hal itu disiasati dengan pembuatan shift jaga rumah baca. Sedangkan perihal stok buku, Nunun menjelaskan bahwa karena stok buku yang belum memadai minat baca anak-anak menjadi berkurang karena buku yang tersedia sudah habis dibaca oleh mereka. Buku-buku bacaan untuk anak-anak didik RBS tersebut ia dapatkan melalui program donatur buku dari Ibook Kirana atau sumbangan langsung dari relawan. Maka, hingga saat ini RBS masih tetap menerima donasi buku untuk anak-anak di Bengkalis, Duri. Bantuan dapat disalurkan melalui Nurul Arisanty (081225170138) atau dapat langsung di kirimkan ke alamat RBS: Jalan Sukajadi 2 No. 74 Gg. Anggur, Kelurahan Tambusai Batang Dui, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Duri, Riau, Kode Pos: 28784.

Ada berbagai cara untuk meneruskan semangat juang Ki Hajar Dewantara, salah satunya seperti jalan yang ditempuh Nunun. Tidak peduli pendidik atau bukan, calon pendidik atau bukan, selalu ada cara untuk membantu menyukseskan pendidikan di Indonesia. (dev)

 

Pramuka UAD Peringati Hardiknas

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengadakan upacara untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Selasa (2/5/2017).

Upacara yang dilaksanakan di sekitar lahan parkir utara kampus 1 UAD, Jl. Kapas ini dihadiri oleh Wakil Retor III Dr. Abul Fadlil, M.T., sebagai pembina upacara dan perwakilan dari UKM maupun Ormawa yang ada di lingkup UAD.

Dalam sambutannya, Fadlil mengingatkan tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Orang yang ingin maju dan pandai harus belajar terus menerus. Bagi yang sudah merasa pandai dan tidak belajar lagi, sesungguhnya itu adalah kebodohan yang sebenarnya,” paparnya tegas.

Menurutnya, pada kesempatan peringatan Hardiknas ini setiap orang harus memiliki kesadaran untuk belajar secara berkelanjutan. Belajar yang dimaknai tidak hanya sekadar di bangku kuliah. Tetapi, belajar bisa dilakukan di manapun di alam raya dengan semua makhluk.

“Sebagai generasi muda, mahasiswa harus mampu mencari solusi dan memecahkan suatu permasalahan, bukan malah menjadi masalah,” lanjut Fadlil.

Di akhir sambutannya, ia kembali menegaskan betapa pentingnya belajar yang tiada henti.

“Peringatan 2 Mei menjadikan kita semakin menyadari akan pentingnya orang-orang yang berilmu. Untuk sukses di dunia maupun akhirat, kita harus memiliki ilmu. Ilmu yang memadukan antara kecerdasan intelektual dan spiritual,” pungkasnya. (ard)

FMIPA UAD Segera Rilis Kampung Sains

Konsep dari Kampung Sains adalah kegiatan belajar dan mengajar matematika dan sains dalam suasana non-formal, menyenangkan namun mengedukasi.

Kampung Sains ini akan diresmikan sebagai bentuk kerja sama antara Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Ahmad Dahlan (FMIPA-UAD) dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Lokasi Kampung Sains ini ada di Kampung Karangkajen, Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Yogyakarta.

Secara umum, tujuan Kampung Sains untuk mewujudkan Indonesia yang berkemajuan di bidang sains dan teknologi. Konsep pelaksanaannya menggunakan prinsip identifikasi (niteni), imitasi (niroake), dan inovasi (nambahi). Bentuk kegiatannya berupa workshop, pelatihan, serta bengkel kerja.

Sasaran utama dari Kampung Sains adalah masyarakat, sekolah, dan wisatawan umum maupun institusi. Rencananya, Kampung Sains ini akan diresmikan pada Sabtu (6/5/2017).

Jika dilihat dari kacamata Tri Dharma Perguruan Tinggi, Kampung Sains adalah wujud nyata implementasi UAD di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Hadirnya Kampung Sains di tengah masyarakat sebagai penerapan keilmuan berbasis sains yang menyenangkan dan mengedukasi merupakan salah satu alternatif untuk menyegarkan paradigma masyarakat di tengah gempuran dan maraknya hiburan yang tidak mendidik.

Kampung Sains adalah wadah untuk mengedukasi, meningkatkan literasi, dan meningkatkan minat belajar masyarakat. (ard)

MUVODANCE: Wadah Minat dan Bakat Kesenian PGSD UAD

MUVODANCE adalah sebuah komunitas atau Lembaga Swadaya Organisasi (LSO) di bawah naungan Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Ahmad Dahlan (HMPS-PGSD-UAD). MUVODANCE memiliki kepanjangan Music, Vocal, Dance. Artinya, komunitas ini merupakan satu kesatuan antara musik disertai dengan lagu (nyanyian) dan tari. Segala kegiatan tersebut dipadukan menjadi satu.

“LSO MUVODANCE ini berfungsi untuk mewadahi minat dan bakat mahasiswa Prodi PGSD UAD, khususnya di bidang kesenian,” ucap Mira Setiawati, selaku Ketua LSO MUVODANCE periode 2017. Kepengurusan komunitas meliputi ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, serta koordinator (musik, tari, kegiatan, humas, dan perlengkapan).

Mahasiswi semester 4 itu menerangkan bahwa MUVODANCE telah berdiri sejak tahun 2014 oleh HMPS PGSD UAD divisi minat dan bakat. Namun karena membutuhkan persiapan (waktu dan tenaga) yang matang, maka komunitas ini baru dihidupkan mulai tahun 2015. Pada tahun 2016, MUVODANCE baru bisa diresmikan menjadi LSO pada Rapat Kerja (Raker) HMPS PGSD. Namun sebelum peresmian, mahasiswa sudah mengenal komunitas ini. Pasalnya, mereka sudah sering tampil di berbagai acara seperti LIVE ACOUSTIC (acara Prodi PGSD), SEMARAK PGSD, seminar nasional, dan di beberapa acara lainnya.

Melihat kesuksesan MUVODANCE, jam kerja mereka pun mulai tinggi dan membuat komunitas ini semakin naik daun. Banyak permintaan dari prodi lain maupun universitas agar mereka mengisi hiburan, seperti acara seminar internasional, Pelepasan Mahasiswa Calon Wisudawan/ti, P2K UAD, mengikuti lomba, dan berbagai acara lainnya.

Adapun visi LSO MUVODANCE adalah menjadikan LSO  MUVODANCE komunitas identitas Prodi  PGSD serta sebagai wadah untuk memajukan dan meningkatkan kualitas dalam berkesenian. Selain itu, misi mereka di antaranya menjadi suatu wadah bagi mahasiswa PGSD berkesenian dan berorganisasi, mengasah kemampuan (skill) mahasiswa LSO MUVODANCE, dan memperkenalkan berbagai macam alat musik dan tarian dari mahasiswa PGSD UAD sebagai sebuah pertunjukan di berbagai lingkup, meliputi lingkup kampus dan masyarakat.

“Harapan kami, kembangkanlah bakat kalian di MUVODANCE ini,” ucap Mira Setiawati dengan tersenyum.

 

 

 

 

Kuliah Umum Profesi Apoteker oleh Dekan Farmasi University of The Philippines

Dekan Fakultas Farmasi University of The Philippines (UP), Prof. Dr. Monet M. Loquias, Ph.D., MHPEd., mengisi kuliah umum di Program Studi Profesi Apoteker Universitas Ahmad Dahlan (PSPA-UAD) Yogyakarta dengan tema “Counceling in Pharmaceutical Care.

Peserta kuliah umum ini merupakan mahasiswa PSPA angkatan ke-33. Turut hadir dalam acara tersebut Dekan Fakultas Farmasi UAD Dr. Dyah Aryani Perwitasari, M.Si.,Ph.D.,Apt., dan Lalu Muhammad Irham, M.Farm.,Apt.

Dalam sambutannya, Dyah menyampaikan mahasiswa profesi apoteker harus memiliki modal berkomunikasi yang baik untuk dapat bersaing dan terjun di dunia kerja.

Pada acara yang berlangsung di kampus 3 UAD, Kamis (27/4/2017), Monet menjelaskan mahasiswa profesi apoteker perlu meningkatkan skill komunikasi untuk menyiapkan diri menjadi apoteker yang profesional. Dengan komunikasi yang bagus, konseling terhadap pasien akan lebih efektif. Kemudian, apa yang disampaikan oleh apoteker juga akan mudah dimengerti.

Monet menambahkan, di dalam komunikasi, faktor non-verbal memiliki pengaruh paling besar. Aspek verbal 7%, vokal 38%, non-verbal 55%.

Komunikasi non-verbal ini meliputi gerak isyarat, gestur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, dan simbol atau alat peraga. Kemudian saat berbicara harus memperhatikan intonasi, penekanan, kualitas suara, emosi, dan gaya bicara.

Artinya, yang terpenting dalam konseling adalah bagaimana seorang apoteker menciptakan kedekatan dengan pasien dengan memanfaatkan komunikasi non-verbal. (ard)