Mahasiswa UAD Generasi Baru untuk Agama dan Negara

Orang terbaik adalah orang yang memberi arti bagi orang lain. ~Haedar Nashir

“Beriman dan berilmu, kedua hal tersebut akan menjadikan orang yang maslahat,” tegas Ketua Pimpinan Pusat (PP) Dr. Haedar Nashir, M.Si. Ia menginginkan mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta dapat berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, umat, bangsa, dan negara.

Haedar mengingatkan kepada para Dahlan Muda, jika ingin sukses maka jangan berbuat seadanya, karena hasilnya juga akan seadanya.

“Tanamkanlah jiwa besar, pikiran besar, dan perbuatan besar yang kuncinya ada pada diri kalian sendiri, bukan orang lain. Sumber kesuksesan ada di dalam jiwa pikiran dan langkah yang diambil,” terangnya ketika mengisi taushiyah di Program Pengenalan Kampus (P2K) UAD, Selasa (15/8/2017).

Pedoman utama menjadi pribadi yang berkemajuan adalah dengan cara menjadikan diri sebagai insan muslim yang kokoh iman dan kepribadian, serta berpikiran maju. Menjadi mahasiswa harus menjadi muslim cendekiawan, intelegia, intelektual, dengan iman dan ilmu untuk mencerahkan.

“Jangan sampai mahasiswa UAD kering dari nilai keislaman, apalagi sampai bertentangan dengan nilai tersebut. Mahasiswa UAD harus menjadi pembaru, kreatif, bekerja sungguh-sungguh dan ulet,” tukasnya.

Setelah memberi taushiyah, Haedar Nashir bersama Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., menyematkan tanda pengenal dan memakaikan almamater UAD kepada mahasiswa baru. Diteruskan pemukulan gong oleh Haedar sebagai tanda P2K UAD resmi dibuka. (ard)

Belajar untuk Misi Keagamaan

Program Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta luluskan 66 mahasiswa dengan 17 di antaranya berpredikat cum laude. Acara pembekalan dan pelepasan para calon wisudawan sarjana S2 ini diselenggarakan di Islamic Center kampus 4 UAD, Jl. Ringroad Selatan, Jumat (11/8/2017).

Pada pelepasan tersebut, Direktur Program Pascasarajana, Pof. Dr. Achmad Mursyidi, M.Sc.,Apt. mengharapkan lulusan dari UAD harus menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain dengan cara mengamalkan ilmu yang dimiliki.

Ia juga berpesan agar lulusan UAD dapat terus belajar untuk melaksanakan misi keagamaan.

“Apa yang telah dicapai dan dikuasai harus diamalkan. Belajar tidak semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi belajar untuk melaksanakan misi keagamaan,” tuturnya.

Sementara itu, Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., menginginkan para mahasiswa pascasarjana UAD bisa menyelesaikan studinya tepat waktu. “Saya amati para mahasiswa di pascasarjana banyak yang kuliah sambil bekerja, bahkan ada yang sudah berkeluarga. Tetapi semoga itu tidak menjadi penghambat untuk menyelesaikan studi tepat waktu.”

Pada wisuda periode Agustus 2017, pascasarjana UAD patut berbangga, pasalnya beberapa lulusan mendapat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna 4,0. Mahasiswa tersebut adalah Fara Azzahra dan Riri Fauziya. Hal yang lebih membanggakan lagi adalah kedua mahasiswa Farmasi ini lulus dengan waktu tercepat, yakni 1 tahun 8 bulan. (ard)

Calon Pemimpin Bangsa Harus Sanggup Mengabdi

Dr. Kasiyarno, M.Hum., Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta membuka rangkaian acara Program Pengenalan Kampus (P2K), Selasa (15/8/2017). Ia mengawali sambutannya dengan membaca pantun di hadapan mahasiswa baru.

“Selamat datang kepada seluruh mahasiswa baru UAD 2017. Dengan perjuangan yang tidak ringan, Anda semua merupakan 5 ribuan mahasiswa terpilih dari sekitar 9 ribu pendaftar,” ungkap Kasiyarno.

Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (Aptisi) V DIY ini menegaskan, mahasiswa yang masuk UAD merupakan generasi muda yang beruntung. Setiap tahunnya, di Indonesia, hanya sekitar 30% lulusan SMA yang dapat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

P2K UAD 2017 ini mengusung semangat “Mengabdi Demi UAD Berprestasi, Indonesia Berdikari”. Untuk itu, Kasiyarno berpesan kepada para Dahlan Muda, bahwa untuk menjadi calon pemimpin bangsa, kuncinya harus sanggup mengabdikan diri untuk meraih prestasi.

“Negeri ini masih butuh perjuangan untuk mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, studi di universitas jangan disia-siakan,” tegasnya. (ard)

Calon Dahlan Muda Meriahkan P2K UAD

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menyelenggarakan Program Pengenalan Kampus (P2K) bagi 4.252 mahasiswa baru. Acara ini akan berlangsung dari 15-20 Agustus 2017 di seluruh kampus UAD.

Acara pembukaan dihelat di Gor Amongrogo, Selasa (15/8/2017). Setiap sudut tribun dipenuhi calon intelektual muda UAD dari 10 fakultas mulai dari zona 1, 2, dan 3.

Mengangkat tema “Menuju Generasi Emas Indonesia 2045”, diharapkan para calon Dahlan Muda UAD memiliki moral dan kecakapan intelektual yang baik. Rencananya, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr. KH. Haedar Nashir, akan mengisi stadium general pada P2K kali ini.

Selain stadium general, akan ada sambutan dari Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum., pengenalan BEM, DPM, dan penampilan dari ortom serta mahasiswa asing. (ard)

 

link live https://www.youtube.com/watch?v=5SQ-C3yktk4&feature=youtu.be

FKIP Lepas 438 Wisudawan

Bertempat di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melaksanakan pelepasan calon wisudawan periode Agustus 2017. Sebanyak 438 wisudawan tersebut di antaranya 76 dari Program Studi (Prodi) Bimbingan Konseling (BK), 64 dari Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), 69 dari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), 9 dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), 17 dari Pendidikan Fisika (PFis), 39 dari Pendidikan Biologi (PBio), 76 dari Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), dan 35 dari Pendidikan Guru Pendidikan Anak (PGPAUD). Rektor UAD, Dr. H. Kasiyarno, M.Hum., dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada wisudawan dan wisudawati dan selamat kepada dosen yang berhasil mendidik serta mentransfer ilmu. Ia tidak lupa mengingatkan calon wisudawan untuk bersyukur karena dapat menimba ilmu hingga ke perguruan tinggi.

Mengangkat tema “Sinergisitas Akademik dan Enterpreunership dalam Menyongsong Generasi Emas Indonesia 2045”, acara tersebut dihadiri Rektor UAD, Wakil Rektor I Dr. H. Muchlas, M.T., Dekan FKIP Dra. Trikinasih Handayani, M.Si., Wakil Dekan FKIP Dr. Suparman M.Si. DEA., Kaprodi dan Sekretaris Prodi, dosen, serta karyawan. Sejalan dengan tema yang diangkat, pembekalan untuk calon wisudawan diisi materi oleh Prof. Dr. H. Musa Asy’arie, Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ke-10 sekaligus seorang pengusaha sukses. Musa Asy’arie, pada 2002-2004 menjabat sebagai Penasihat Khusus Bidang Pengembangan Usaha Kecil Menengah Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI. Ia juga pernah menerima penghargaan Pengusaha Berprestasi 1997. Ia memberi dorongan dan semangat kepada calon wisudawan untuk tidak hanya mengabdi sebagai pendidik, tetapi juga menjadi seorang wirausahawan yang sukses.

Panitia acara yang berasal dari Prodi PGSD mempersiapkan beberapa hiburan yang dipersembahkan mahasiswa Prodi PGSD. Hiburan-hiburan tersebut berupa penampilan musik akustik, nasyid, dan tari tradisional Ngoser dari Mufo Dance. Selain itu, tim dosen FKIP pun tidak kalah mempersembahkan hiburan musik kulintang. Gita Akademika menyanyikan tiga lagu, yaitu “Hai Sarjana” (cover lagu “Despacito”, lirik oleh Fitri Merawati), “Yogyakarta” (Katon Baghaskara) dan “Semua Karena Cinta” (Joy Tobing). Dalam kesempatan tersebut, Rektor UAD pun menyanyikan lagu “Sayonara” bersama para wisudawan.

Acara ditutup dengan pemberian sertifikat dan kenang-kenaangan kepada wisudawan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) terbaik fakultas dan masing-masing program studi. Wisudawan dengan IPK terbaik fakultas sekaligus terbaik universitas adalah Nia Zulaini (PBI) dengan IPK 3.94, disusul Wiwik Okta S. (PPKN) dengan IPK 3.92, Sri Herwati (PGSD) dengan IPK 3.92, Siti Citasari (PGSD) dengan IPK 3.92, Nindia Eka Saditri (BK) dengan IPK 3.87, dan Santi Widiasari (BK) dengan IPK 3.87.(dev)

 

Foto oleh : Dr. H. Muchlas, M.T.

 

Nia Zulaeni; Wisudawan Terbaik Tidak Malu Bertani

 

“Sering bantu-bantu Bapak di kebun, manen terong, cabai, tomat, singkong, kacang, dan sayur lainnya. Kadang juga bantu 

menyabit.” Begitulah yang disampaikan Nia  Zulaeni, wisudawan terbaik Univeristas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta periode Agustus 2017 dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,94.

Perempuan kelahiran Magelang, 29 Maret 1995 ini merupakan anak sulung dari Warsidi dan Anik Indrawati, S.Pd.SD. Sejak 2001, keluarganya harus pindah domisili karena sang ibu dipindahtugaskan mengajar Sekolah Dasar (SD) dari Magelang ke Kebumen.

Sejak di Kebumen, Warsidi beberapa kali berganti-ganti pekerjaan. Pernah usaha tambak ikan, kerja di pabrik, dan jadi sales. Tetapi, akhirnya ia memutuskan untuk berhenti bekerja. Keputusan itu diambil karena anak-anaknya membutuhkan pendampingan ekstra di rumah. Di sela merawat anaknya, bapak yang sangat disiplin ini memiliki pekerjaan sampingan bertani. Hasil pertanian dijual kepada orang-orang yang sudah memesannya.

“Rasanya aneh sejak kecil lebih banyak dirawat Bapak, soalnya kebanyakan teman-teman saya dirawat Ibu. Tetapi mau bagaimana lagi, saya tidak tahu akan jadi apa kalau kedua orang tua bekerja semua.”

Semasa kuliah di UAD, kakak dari Aziza Rahmawati dan Alfina Nur Aeni ini tidak begitu aktif di organisasi. Dua dari empat tahunnya dihabiskan sebagai Student Employment (SE) di bagian Penerimaan Mahasiswa Baru. Sejak awal kuliah, ia juga sudah menjadi mentor belajar bahasa Inggris siswa SD dan SMP. Penghasilan dari SE dan menjadi mentor belajar ia gunakan sebagai tambahan uang saku. Terkait dengan kuliah, ia beberapa kali mendapat beasiswa dari UAD, sehingga membantu biaya perkuliahan.

Nia menceritakan, diasuh oleh bapak rasanya agak aneh. “Biasanya yang ngurus anak kan Ibu, tetapi di keluarga saya, Bapak yang cukup berperan di rumah. Sejak kecil juga Bapak sudah menerapkan disiplin kepada anak-anaknya.”

Saat akan kuliah di UAD, perempuan yang menyukai novel-novel klasik ini sebenarnya lebih memilih untuk masuk ke sastra Inggris. Tetapi, bapaknya menyarankan ke Pendidikan Bahasa Inggris. Sejak SMA, ia sudah suka baca novel-novel klasik Indonesia maupun terjemahan.

Sewaktu SMA, guru bahasa Indonesianya mewajibkan minimal dalam waktu seminggu dapat setengah novel. Dulu yang dibaca novel seperti Ronggeng Dukuh Paruk, Pengakuan Pariyem, Atheis, Siti Nurbaya, dan beberapa lainnya. Memasuki perkuliahan, yang dibaca lebih banyak novel-novel terjemahan. Menurutnya, novel klasik dan terjemahan tidak “lebay”.

Setelah menyelesaikan masa studi di UAD, perempuan yang mengidolakan Jane Austin ini tetap merawat keinginannya untuk melanjutkan S2. Saat ini, ia sedang mengikuti training di salah satu bank di Yogyakarta.

“Sebenarnya saya ingin langsung S2, Bapak dan Ibu juga mendukung. Tetapi karena terkendala biaya, jadi untuk saat ini saya memutuskan untuk bekerja dulu.”

Perlu diketahui, semasa mengikuti perkuliahan, Nia paling anti duduk di barisan belakang. Ia memilih di depan karena dapat dengan mudah memahami apa yang disampaikan dosen. Sistem belajar yang ia terapkan adalah catat, baca, catat, baca.  Apa yang disampaikan dosen ia catat, kemudian dibaca, dicatat (disalin) lagi, dan dibaca ulang.

“Di UAD, setiap hari saya merasa semakin bodoh. Ada banyak sekali ilmu baru yang harus dipelajari. UAD benar-benar memberikan paket lengkap ilmu pendidikan, pengalaman, dan pembelajaran kemasyarakatan. Wisuda adalah saat untuk mengoreksi diri sendiri, apa yang akan dilakukan setelah ini.” (ard)

 
 
 
 

Pastron UAD Abadikan Gerhana Bulan Parsial

Gerhana bulan parsial (7-8/8/2017) dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia, salah satunya di Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan (UAD), melalui Pusat Studi Astronomi (Pastron) mengabadikan fenomena ini di Islamic Center kampus 4 UAD, Jl. Ringroad Selatan, Bantul.

Pengamatan gerhana bulan ini melibatkan Pastron UAD, Pimpinan Pusat (PP) Muhammdiyah, dan takmir Masjid Ahmad Dahlan. Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah memfatwakan bahwa disunnahkan untuk shalat sunnah gerhana selama fase gerhana bulan parsial dan gerhana bulan total, tidak mencakup fase gerhana bulan penumbra.

Sebelum proses pengamatan gerhana, rangkaian acara dimulai dengan pengajian  yang kemudian dilanjutkan shalat sunnah gerhana. Menurut Yudhiakto Pramudya, Ph.D., Kepala Pastron, jamaah yang tertarik mengamati detail gerhana bulan dapat melihat melalui teleskop yang telah disiapkan oleh Pastron. Teleskop-teleskop tersebut dioperasikan oleh mahasiswa S1 dan S2 yang tergabung dalam Pastron.

Gerhana bulan parsial kali ini merupakan pasangan dari seri gerhana di bulan Agustus 2017. Dua minggu setelahnya, atau bersamaan dengan awal bulan Dzulhijjah, gerhana matahari total akan dapat diamati di wilayah Amerika. Gerhana bulan dan gerhana matahari selalu terjadi berpasangan dengan selisih waktu sekitar 2 minggu.

Gerhana bulan terjadi bila cahaya matahari terhalang oleh bumi. Cahaya matahari tersebut ada yang masuk ke atmosfer bumi dan berinteraksi dengan partikel di atmosfer, sehingga cahaya matahari yang jatuh pada permukaan bulan sudah merupakan hasil dari interkasi tersebut. Inilah yang membuat permukaan bulan akan berwarna kemerahan.

Gerhana bulan kali ini tidak membuat seluruh permukaan bulan kemerahan. Hal ini karena bayangan bumi tidak sepenuhnya menutup permukaan bulan, hanya sebagian atau parsial. Sehingga, gerhana ini dinamakan gerhana bulan parsial.

Dengan menggunakan fenomena gerhana bulan, maka bisa dengan saksama menyaksikan bentuk bayangan bumi. Bentuk bayangan bumi yang terlihat di permukaan bulan berwarna kemerahan.

Bentuk bayangan sejatinya representasi dari bentuk benda itu sendiri. Mengacu pada bentuk bayangan bumi pada gerhana bulan sebelumnya, terlihat bahwa bentuknya melengkung. Sehingga, dipastikan bentuk bumi adalah bola, bukan datar. (ard/doc)

33 Tahun BK UAD

Green hall Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dipenuhi ratusan mahasiswa berkaus hijau pada Minggu (6/8/2017). Mereka adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling (Prodi BK) yang tengah mengikuti acara family gathering, yang merupakan rangkaian acara dalam menyambut Milad Prodi BK yang ke-33. Diawali dengan senam pagi, acara family gathering tersebut tidak hanya berisi hiburan semata, tetapi juga berisi bazar kewirausahaan, pemeriksaan kesehatan, dan PKM Expo #3.

Mengangkat tema “Be a Smart Entrepreneur for a Guidance Future”, bazar kewirausahaan yang digelar saat acara family gathering ini diikuti oleh seluruh perwakilan kelas dan menyediakan berbagai makanan dan minuman kreasi mahasiswa. Selain bazar, dalam acara tersebut juga digelar pemeriksaan kesehatan yang terlaksana atas kerja sama Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) BK UAD dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM).

Yayan Kastowo, ketua PIK-M Sahabat Mentari, menjelaskan bahwa PIK-M Expo yang digelar dalam acara family gathering adalah pameran yang ketiga kalinya. PIK-M Expo tersebut bertujuan untuk memberikan sosialisasi tentang HIV/AIDS dan NAPZA melalui berbagai media yang disediakan seperti poster, pamflet, dan permainan-permainan. Salah satu permainannya didesain oleh PIK-M Sahabat Mentari, yaitu lebak-lebok. Selain itu, juga terdapat permainan berupa ular-tangga raksana yang dimainkan dengan menjawab pertanyaan tentang HIV/AIDS dan NAPZA pada setiap kotak bernomor.

Bekti Tri Utomo, ketua panitia Milad BK UAD 2017, menjelaskan tujuan acara family gathering adalah untuk mengakrabkan mahasiswa, dosen praktisi, karyawan, dan seluruh masyarakat BK. Panitia tidak lupa mengundang seluruh perwakilan HMPS, BEM dan DPM UAD, serta IMM dan ORMAWA yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bimbingan dan Konseling (IMABKIN).

Semakin siang, acara family gathering yang dipandu oleh Alit Jabang Bayi dan Bekti itu semakin ramai dengan penampilan dari The Maba dan pembagian door prize yang melimpah. Puncak acara kemudian dimeriahkan oleh penampilan Bening Ayu, seorang finalis sebuah ajang pencarian bakat stasiun tv swasta tahun 2016.

Bekti menjelaskan pemilihan Bening Ayu sebangai guest star bukan tanpa pertimbangan. Mengingat UAD adalah universitas islami, panitia semaksimal mungkin memilih bintang tamu yang bisa memberikan inspirasi dan menjadi contoh yang baik untuk mahasiswa. Bening Ayu di usia yang masih muda mampu membangun karier, tetapi tetap berkomitmen pada studi dan kuliahnya. Hal ini yang menjadi dasar penitia memilih Bening Ayu.

“Saya berharap BK semakin jaya dan erat tali kekeluargaannya. Selain itu, saya juga berharap agar acara seperti ini terus dapat dilangsungkan pada tahun-tahun berikutnya sebagai momen berkumpul bersama,” tutup Bekti. (dev)

 

UAD FC Jaga Asa ke Seminfinal

Universitas Ahmad Dahlan Football Club (UAD FC) berhasil menjaga tren kemenangan tiga laga beruntun di Liga 3 (Liga Nusantara). Melawan Persikup Kulon Progo di Kridosono, Selasa (8/8/2017), anak asuh Sudarmaji menang dengan skor tipis 2-1.

Dua gol UAD FC diciptakan Munib (16’) dan Jumarno (76’), sedangkan gol Persikup dicetak Andika di menit 19. Tambahan tiga poin ini menjaga asa UAD FC untuk melaju ke semifinal. Pada pertandingan terakhir babak penyisihan grup, akan tersaji derby Muhammadiyah antara UAD FC (UAD) dan PS HW (UMY).

Sudarmaji mengatakan, pada pertandingan melawan Persikup, anak asuhnya sudah bermain secara maksimal. Namun, absennya beberapa pilar karena akumulasi kartu membuatnya harus merotasi beberapa pemain.

“Sore ini, target tiga poin sudah terealisasi. Sebenarnya kami juga mengincar margin gol yang banyak,” jelasnya ketika ditemui pascapertandingan.

Ia menambahkan, jeda waktu kompetisi yang agak lama cukup memengaruhi performa anak asuhnya. Menyambut derby Muhammadiyah, Sudarmaji akan mempersiapkan timnya secara maksimal.

“Pertandingan terakhir melawan PS HW sudah tidak ada lagi pemain yang akumulasi kartu. Kami akan mempersiapkan secara maksimal. Ini menyangkut prestise bagi semuanya, pemain, pelatih, dan ofisial. Kami akan berusaha memenangkan pertandingan terakhir,” pungkasnya. (ard)

Susunan pemain UAD FC: Agung (GK), Pramono (C), Suwandi, Tatak, Hanif, Faiz, Diko (70’), Reza, Indra (61’), Rahmat, Munib (Gol, 16’).

Cadangan: Budi, Renol, Jumarno (70’) (Gol, 76’), Jindar, Idham, Isma (61’), Mahendra.

Pelatih: Sudarmaji

 

Susunan pemain Persikup: Pian (GK) (53’), Tri (46’), Chaerul, Apri, Andika, Yoga, Teguh, Suragiyanto (C), Jaluaji, Dwi, Fajar (46’).

Cadangan: Imam (53’), Arka, Fikri (46’), Anggi, Edesius (46’).

Pelatih: Koco Pramono

 

Lakukan Sekarang dan Sebaik Mungkin

 

“Apa yang bisa dilakukan sekarang, saya lakukan sekarang dan semaksimal mungkin,” ujar Indri Astuti, seorang alumnus Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (FKIP PBSI). Prinsip hidupnya yang demikian membuat Indri, begitu ia biasa disapa, menjadi sosok yang tanggap dan bertanggung jawab. Wanita kelahiran Bantul, 23 Mei 1989 ini telah mengajar di MTs Ma’arif Dlingo selama 2 tahun, sebelum diangkat menjadi kepala madrasah periode 2016-2017.

“Ketika ditunjuk menjadi kepala madrasah, saya menolak, karena saya pikir masih banyak guru-guru yang lebih senior daripada saya. Tetapi mungkin karena saya dianggap mampu dan memenuhi syarat oleh yayasan, akhirnya saya terima dan saya jalani amanah itu dengan semaksimal mungkin,” ujar Indri perihal pengangkatannya menjadi kepala madrasah.

Menjadi kepala madrasah di usia yang tergolong muda, Indri tentu memimpin madrasah dengan semangat jiwa muda. Program yang diusungnya selama satu tahun menjadi kepala madrasah adalah program menuju madrasah mandiri, mengortimalkan semua guru-guru yang mengajar di MTs Ma’arif Dlingo, dan membuat kegiatan kesiswaan yang positif. Indrilah yang menginisiasi pembentukan ekstrakulikuler jurnalistik di MTs Ma’arif Dlingo.

“Saya percaya, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Saat saya mengajar di madrasah, saya harus memberikan sesuatu yang baru. Maka saya mengusulkan pembentukan ekstrakulikuler jurnalistik itu sebelum jadi kepala madrasah, waktu masih jadi guru. Kegiatan kesiswaan yang bermanfaat harus diperbanyak agar siswa lebih semangat, tidak hanya pada bidang akademis tetapi juga bidang keorganisasian,” jelasnya.

Indri mengusulkan pembentukan ektrakulikuler tersebut bukan tanpa maksud. Ia ingin menyalurkan passion yang dimiliki dan mengajarkannya kepada siswa-siswa madrasah, walaupun ia harus membimbing siswa dari awal. Selain itu, ia juga memperkenalkan produk junalistik yang akan dibuat yaitu mading, hingga memancing ide-ide kreatif dari anak didiknya. Minat Indri dalam bidang jurnalistik tentu tidak berhenti sampai di situ. Sebagai pendidik, ia aktif menulis artikel dalam bentuk laporan kegiatan sekolah. Karya tulisannya tersebar di beberapa media cetak seperti Bernas, Tribun, dan Kedaulatan Rakyat.

Selain menginisiasi pembentukan ekstrakulikuler jurnalistik, Indri juga membuat sistem pengumuman kelulusan yang tidak biasa. Untuk menghindari kegiatan konvoi maupun hal-hal berbahaya yang biasa dilakukan remaja setelah pengumuman kelulusan, MTs Ma’arif Dlingo mengadakan acara pengumuman kelulusan di museum. Acara tersebut bertempat di dua museum yaitu Museum Biologi dan Museum Pura Pakualaman. Berangkat dari pengalaman tersebut, ia berhasil menjadi nominasi 50 besar pemilihan Duta Museum Daerah Istimewa Yogyakarta.

Indri yang semasa kuliah aktif berorganisasi dalam Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) PBSI dan LSO Jurnalistik Kreativitas Kita (KRESKIT) ini harus menempuh jarak 15-30 km dengan medan jalan pegunungan setiap harinya untuk berangkat ke madrasah. Setelah mengajar selama dua tahun dan menjabat sebagai kepala madrasah selama satu tahun, Indri memutuskan untuk mengambil cuti izin studi.

“Per tanggal 1 Juli 2017, saya tidak lagi menjabat sebagai kepala madrasah, karena saya izin melanjutkan studi. Insya Allah setelah selesai studi S2, saya akan melanjutkan lagi. Saya masih muda dan merasa membutuhkan tambahan ilmu untuk bisa terus mengabdi. Saya berharap semoga diberi kelancaran dan kemudahan agar dapat melakukan yang terbaik, dalam studi maupun karier,” tutupnya. (dev)