Peluang Kerja Sama dan Studi di Rusia Terbuka Lebar

 

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, Muhammad Wahid Supriyadi, memberikan sosialisasi pendidikan di UAD. Ia berbicara tentang pendidikan di Rusia dan hubungan diplomatik kedua negara.

Kehadirannya di UAD merupakan tindak lanjut dari kunjungan UAD ke Rusia beberapa waktu yang lalu untuk menjalin kerja sama dengan People Friendship University Rusia (RUDN). RUDN merupakan salah satu dari 10 universitas terbaik Rusia yang berlokasi di Moskow.

Acara ini berlangsung di roof top lantai 10 kampus 4 UAD, Jumat (29/6/2018) dan dihadiri pimpinan serta pejabat di lingkungan UAD dari tingkat universitas, fakultas, maupun program studi.

Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum. dalam sambutannya menyampaikan UAD saat ini sedang terus mengembangkan kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri. Dengan RUDN, UAD meneken MoU dan MoA terkait bidang kesehatan. Ke depan, akan diluaskan ke ranah pendidikan dan teknologi dengan universitas di Rusia.

“Saat ini Rusia terbuka untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia. Apalagi penduduknya sangat tertarik dengan Islam. UAD memberi kesempatan lima mahasiswa dari Rusia untuk kuliah di UAD khusus studi agama Islam,” terangnya.

Sementara Muhammad Wahid dalam paparannya menyampaikan, Rusia saat ini merupakan negara yang populasi Islamnya berkembang pesat. Di negara dengan penduduk sekitar 146 juta jiwa ini banyak didirikan masjid.

“Rusia ingin membina hubungan baik dengan Indonesia. Sekarang, ada 500 mahasiswa Indonesia yang kuliah di Rusia. Ada yang beasiswa dari pusat kebudayaan Rusia dan biaya mandiri,” ungkap laki-laki kelahiran Kebumen ini.

Perlu diketahui, setiap tahun pemerintah Rusia menyediakan beasiswa bagi 160 mahasiswa Indonesia. Muhammad Wahid menegaskan perguruan tinggi Indonesia penting menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Rusia, khususnya bidang engineering. (ard)

Dubes Rusia Sosialisasi Pendidikan di UAD

Muhammad Wahid Supriyadi, Duta Besar LBBP (Luar Biasa dan Berkuasa Penuh) Republik Indonesia (RI) untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, secara langsung memberikan sosialisasi pendidikan Rusia ke Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Jumat, 29 Juni 2018.

Dubes Rusia disambut langsung oleh Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum. di kampus 1 UAD Jalan Kapas 9, Semaki Yogyakarta. Sebelum mengisi acara, Dubes Rusia dan Rektor UAD saling berbincang-bincang mengenai UAD, perihal Rusia, dan negara-negara Eropa lainnya.

Selain dihadiri oleh Wakil Rektor UAD, acara sosialisasi ini juga dihadiri oleh para Dekan dan Wakil Dekan, Direktur dan Wakil Direktur Program Pascasarjana, para Kepala Unit Kerja Tingkat Universitas, serta para Ketua Program Studi UAD.

Hingga berita ini naik, acara sosialisasi pendidikan Rusia oleh Muhammad Wahid Supriyadi masih berlangsung.

 

Lecturers Must Have Awareness to Write, Why?

 

A lecturer of Indonesian Language Education (PBSI), Dr. Rina Ratih exclaims that in order to live a more meaningful life, one needs to write.

"A good lecturer should write because it will be a good example for the students. In addition, writing is a form of expression," said Rina when interviewed at campus 4 of Universitas Ahmad Dahlan (UAD) on Tuesday (15/05/2018).

Unfortunately, not many lecturers are aware of this. The commitment to always be istiqomah (committed) in writing is very necessary. To do that, there needs to be an awareness of the importance of writing.

According to Rina, the quality of literacy in UAD, especially in PBSI Study Program, is good. Some lecturers have awareness to write and create something. Ideally, every lecturer must be like that. All this time, the first step taken by Rina to be a single and productive writer is to publish a work on her every birthday. It aims to motivate others to write as well, especially in PBSI of UAD.

Publishing a book is not an easy task while she is also busy with her job as a lecturer. The motivation of each of her writings comes from her awareness and commitment.

Starting from S1 (Bachelor’s Degree) to S3 (Doctorate Segree), Rina Ratih has produced numerous achievements. She graduated from IKIP Muhammadiyah Yogyakarta (now UAD) in 1986. She then pursued her Master’s degree in Literature at the Faculty of Post-Graduate Cultural Sciences of Universitas Gadjah Mada with the cum laude title as the best graduate with a GPA of 4.0 in 2003. She is a model lecturer at Universitas Ahmad Dahlan and Kopertis Region V of DIY.

In 1987, Rina was appointed as a lecturer at UAD and has been working at the university until now. (Doc)

Social Media as a Means of Maintaining Good Relationship

 

After a full month of Ramadhan fasting and Eid Al-Fitr holiday of 1439 H, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) held a syawalan (a gathering event to apologize and forgive each other) attended by all lecturers and employees. In addition, there was also a release of 19 pilgrims from UAD.

The event that took place on Saturday (06/23/2018) in the auditorium of campus 1 UAD on Jln. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta, presented a taushiyah (the broadcast of da’wah) by Dr. Haedar Nashir, M.Si., the Chairman of Central Board of Muhammadiyah. In his taushiyah, he conveyed the importance of actualizing the values ​​of better quality relationship in the family, society, UAD, in relation to religiosity and nationality.

"Good relationship is a value that is always upheld and has become a collective culture. Its essence brings together brotherhood, whether tied together with biological or social relationships," he explained.

Haedar added that currently, maintaining good relationship can be done through social media. According to him, social media can be utilized as a means to share things about virtue.

"The negative aspect of social media is the exposure of bad character which should be avoided. Social media is often associated with freedom. This media may reproduce and produce many things that can trigger disintegration," he said in front of the invited guests.

On the same occasion, UAD Rector, Dr. Kasiyarno, M.Hum., mentioned the absence of lecturers and employees on the first day of work after Eid Al-Fitr holiday. He expressed his thoughts that the good buildings and facilities offered by UAD did not affect the performance of the employees for the better.

"The university needs to be managed well, especially since it is a private university. We must make extra efforts," said Kasiyarno.

He assumed that the work ethic at UAD should be improved for the university to be more advanced and known, both nationally and internationally. In addition, according to him, we had to pay attention to the students.

"UAD's revenues are still dependent on the students. The business owned by UAD has not been able to fully finance the university since it has just been developing. Therefore, lecturers and employees should treat students well. "

On the other hand, Dr. Bambang Supriyadi, C.E.S., D.E.A., the Chairman of Kopertis V, in his speech, expressed his expectation for UAD to add lecturer with doctorate degree to improve the quality of the university. Currently, UAD is one of the 68 universities that have been accredited A in Indonesia. (ard)

Dosen Harus Memiliki Kesadaran Menulis, Mengapa?

 

Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Dr. Rina Ratih menilai, agar hidup lebih bermakna maka setiap orang perlu menulis.

“Dosen yang baik haruslah menulis. Sebab, ia akan menjadi contoh mahasiswa. Selain itu, menulis juga sebagai salah satu cara berekspresi,” tutur Rina saat ditemui di kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Selasa (15/5/2018).

Sayangnya, tidak banyak dosen yang sadar akan ketentuan itu. Komitmen untuk selalu istiqomah dalam menulis memang sangat dibutuhkan. Untuk itu, perlu kesadaran yang sangat tinggi. 

 

Menurut Rina, kualitas literasi di UAD khususnya Program Studi PBSI sudah baik. Sebagian dosen sudah ada kesadaran untuk menulis dan berkarya. Idealnya, setiap dosen memang seperti itu. Selama ini, langkah awal yang diambil Rina untuk menjadi penulis tunggal dan produktif adalah dengan menerbitkan karya di setiap hari ulang tahunnya. Ini bertujuan agar iklim berkarya melalui tulisan muncul di UAD, khususnya PBSI.

Menghasilkan satu buku yang diterbitkan tidaklah mudah di sela-sela kesibukannya sebagai dosen. Motivasi dari setiap tulisannya yang lahir itu berasal dari kesadaran dan komitmen. 

 

Mulai dari jenjang S1 hingga S3, tidak habis-habisnya prestasi yang diraih Rina Ratih. Ia merupakan lulusan dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Muhammadiyah Yogyakarta (sekarang UAD) lulus tahun 1986. Ia kemudian melanjutkan S2 Ilmu Sastra Fakultas Ilmu Budaya Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dengan predikat cum laude dan lulusan terbaik dengan indeks prestasi 4,0 pada tahun 2003. Ia juga menjadi dosen teladan di Universitas Ahmad Dahlan dan kopertis wilayah V DIY. Pada tahun 1987, Rina diangkat menjadi staf pengajar di UAD hingga sekarang. (Doc)

Medsos sebagai Sarana Aktualisasi Nilai Silaturahmi

Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadan dan libur Idulfitri 1439 H, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan syawalan yang diikuti oleh seluruh dosen dan karyawan. Selain itu juga ada pelepasan 19 calon jamaah haji dari keluarga UAD.

Acara yang berlangsung Sabtu (23/6/2018) di auditorium kampus 1 UAD, Jln. Kapas 9, Semaki, Yogyakarta, diisi taushiyah Dr. Haedar Nashir, M.Si. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam taushiyahnya ia menyampaikan pentingnya mengaktualisasikan nilai-nilai silaturahmi secara lebih berkualitas baik di keluarga, masyarakat, UAD, bahkan kehidupan keumatan dan kebangsaan.

“Silaturahmi merupakan nilai yang selalu dijunjung tinggi yang sudah menjadi budaya kolektif. Esensinya menautkan persaudaraan, baik yang diikat kekeluargaan maupun hubungan sosial,” paparnya.

Haedar menambahkan, saat ini silaturahmi bisa dijalin melalui media sosial. Menurutnya, media sosial dapat dimanfaatkan untuk berbagi pada hal-hal yang menyangkut kebajikan.

“Ujian dalam bermedia sosial adalah akhlak yang buruk, ini harus dihindari. Sebab media sosial itu bebas. Media ini banyak mereproduksi dan memproduksi hal-hal yang memicu disintegrasi,” tandasnya di hadapan tamu undangan.

Sementara pada kesempatan yang sama. Rektor UAD Dr. Kasiyarno, M.Hum. menyinggung ketidakhadiran dosen dan karyawan di hari pertama masuk kerja pascalibur Lebaran. Ia beranggapan gedung dan fasilitas yang bagus belum memengaruhi kinerja menjadi lebih baik.

“Kampus perlu dikelola dengan baik, apalagi swasta, harus kerja ekstra,” tegas Kasiyarno.

Ia beranggapan etos kerja di UAD harus terus ditingkatkan agar perguruan tinggi ini lebih maju dan dikenal secara nasional maupun internasional. Selain itu, menurutnya, yang perlu diperhatikan adalah mahasiswa.

“Pendapatan UAD masih tergantung pada mahasiswa, usaha yang dimiliki UAD belum mampu menanggung pembiayaan secara penuh karena baru berkembang. Jadi, dosen dan karyawan harus memperlakukan mahasiswa secara baik.”

Di sisi lain. Dr. Bambang Supriyadi, C.E.S.,D.E.A. Ketua Kopertis V dalam sambutannya mengharapkan UAD menambah dosen bergelar doktor untuk meningkatkan kualitas. Saat ini UAD merupakan salah satu dari 68 perguruan tinggi yang telah terakreditasi A di Indonesia. (ard)

 

Penelitian Dosen UAD Semakin Meningkat

Tri Darma Perguruan Tinggi menyebutkan bahwa dosen harus melakukan penelitian, pendidikan, dan pengabdian. Artinya, ketiga hal itu secara otomatis adalah kewajiban dan tugas yang harus dilakukan oleh dosen. Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah (LPP, sekarang LPPM) selalu bekerja keras untuk meningkatkan jumlah dosen yang melakukan penelitian. Salah satu peluang yang bisa didapatkan oleh dosen adalah dengan mengajukan proposal kepada Ristek Dikti yang nantinya akan mendapatkan dana hibah penelitian secara kompetitif nasional maupun melalui LPP UAD (sekarang LPPM).

Upaya untuk mendukung hal ini, UAD melalui LPP sering menyelenggarakan pelatihan-pelatihan dan workshop yang berguna untuk meningkatkan kemampuan dosen dalam melakukan penelitian. Tindakan saat ini adalah membuat skim-skim penelitian internal yang mirip dengan yang ada di Ristek Dikti, termasuk dalam syarat dan peraturannya. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas proposal penelitian dosen sehingga bisa memperoleh dana hibah dari sana.

“Alhamdulillah, penelitian dosen UAD sekarang semakin lama semakin meningkat. Beberapa tahun ini, UAD tercatat mendapatkan dana dari Kopertis dengan jumlah nominal lima juta rupiah per judul. Dosen yang mengajukan proposal ke Kopertis dan Ristek Dikti juga banyak yang diterima,” ucap Dr. Widodo, M.Si. selaku Kepala LPP UAD (sekarang LPPM).

Tahun lalu, dosen yang mengikuti penelitian hanya sekitar 100 orang, tetapi tahun ini sudah hampir 400 proposal diajukan. Peningkatan ini berasal dari penelitian internal maupun yang menggunakan lembaga eksternal UAD.

Dana penelitian selain dari UAD dan Dikti, juga ada yang berasal dari Pemerintah Kota yang jumlahnya bisa mencapai 25 juta rupiah. Di tingkat provinsi, LPP pernah mendapatkan panggilan untuk membahas tentang dana-dana penelitian, dan tahun ini ada 115 proposal dari dosen UAD yang diterima. Jumlah tersebut meningkat dari tahun lalu yang berjumlah 80 proposal.

Saat orientasi dosen baru, LPP tidak pernah lupa untuk selalu memotivasi dosen untuk melakukan penelitian. Sebab, manfaat yang diperoleh akan banyak sekali, terutama yang dari Dikti. Mereka akan mendapat reputasi bagus karena berhasil lolos dalam kompetisi dengan dosen di perguruan tinggi lain skala nasional. Selain itu, dana yang didapatkan bisa untuk mendukung penelitian, dan jika naik jabatan akan mendapat nilai tambahan.

Selanjutnya, untuk meningkatkan minat dosen, LPP akan memberikan reward di setiap karya yang dibuat oleh dosen, yakni dengan menciptakan output dalam bentuk jurnal nasional maupun internasional. Selain itu, riset juga dapat dibuat sebagai buku ajar dan karya cipta yang bisa dipatenkan.

Jadwal Dikti membuka penerimaan proposal adalah bulan April atau Mei. Proposal dikirim secara online dan hasil yang lolos bisa dilihat dari website Ristekdikti. Dosen yang dapat melihat hanya yang memiliki Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN).

Sementara itu, penelitian yang saat ini difokuskan oleh UAD meliputi bidang pendidikan, sosial humaniora, obat dan kesehatan, sains dan teknologi, serta bidang keagamaan. Output-nya bisa dipublikasikan di jurnal nasional atau internasional, seminar nasional dan internasional, serta ada yang dipatenkan.

“Kami harap pimpinan UAD terus mendukung, terutama masalah dana, agar dosen-dosen memiliki gairah untuk meneliti. Nantinya, hasil ini dapat meningkatkan nilai akreditasi. Dalam waktu dekat, kegiatan LPP adalah menyiapkan kontrak peneliti, dan setelah itu kami serahkan dana untuk peneliti. Dana ini tidak akan dipotong sedikit pun agar dosen lancar dalam penelitian,” tutup Widodo. (AK/CF)

Mengembangkan Games Android

Agus Ria Kumara, Dosen Program Studi Bimbingan Konseling (BK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) saat ini sedang mengembangkan games berbasis android. Nantinya, games ini berguna untuk menentukan perencanaan karier dan dapat digunakan oleh siswa sekolah menengah pertama (SMP) hingga mahasiswa. Penelitian ini ditujukan untuk mempermudah siswa SMP dalam merencakanan karier di masa depan.

Pengembangan games ini merupakan program penelitian Agus yang mendapat dana hibah dari Dikti. Tahun 2017 menjadi awalnya penelitian, dan September tahun ini ditargetkan selesai. Total dana yang ia peroleh adalah 300 juta rupiah. Tahun pertama penelitian, ia membuat kalender yang berguna untuk mempermudahkan siswa SMP untuk menentukan dan memahami proses karier yang akan dilakukan.

Penelitian Agus menggunakan metode sampling dengan melibatkan 11 SMP yang ada di Yogyakarta. Ia bersama timnya yang berjumlah 10 orang, mula-mula mencari siswa SMP yang memiliki prestasi bagus. Kemudian, dilihat apakah saat di SMA masih bagus atau tidak.

“Untuk rentangnya, itu didesain kelas 1, 2, 3, tapi cakupan yang kami lakukan khusus di kelas 3. Dari situ nanti dilihat prospeknya ketika masuk SMA,” ucap Agus.

Agus dalam mengerjakan penelitian dibantu oleh UAD yang sudah memiliki kerja sama dengan beberapa sekolah dan guru BK yang mengajar praktisi di UAD. Ini tentu saja menjadi keuntungan yang dapat dimanfaatkan oleh Agus dan timnya untuk mempermudah akses masuk ke SMP yang ada di Yogyakarta.

Untuk proses di tahun kedua ini, sudah sudah disusun delapan  program. Agus dan timnya yang terdiri atas mahasiswa dan dosen juga sudah mulai mengembangkan games android yang harapannya dapat di-launching pada akhir Agustus tahun ini.

Dalam mengembangkan games android tersebut, Agus belum berencana untuk menggandeng development luar dan hanya memberdayakan kemampuan mahasiswa yang memang memiliki minat di bidang pembuatan games berbasis android. Namun, Agus juga tidak menutup kemungkinan untuk melibatkan pihak ekternal dengan melihat progresnya nanti.

“Semisal nanti melibatkan developer lain, kami akan melibatkan dari UAD juga. Tapi kami manfaatkan sumber daya manusia yang ada di dalam prodi kami dulu.”

Alasan Agus mengangkat penelitian ini karena ia pernah terlibat dalam K13 di kementerian. Saat memonitoring pelaksanaan kurikulum sekolah, terdapat satu siswa SMP yang sudah bisa menentukan akan masuk ke SMA dan universitas mana. Bahkan ia sudah membuat daftar pekerjaan yang direncanakan di masa depan.

“Pola pikir itu, menurut saya tidak secara utuh bisa didapatkan oleh mahasiswa atau anak-anak sekarang,” ungkap Agus.

Latar belakang itulah yang akhirnya membawa Agus berkutat dengan penelitiannya kini. Penelitian ini mendapatkan dukungan penuh dari universitas, mulai dari pemanfaatan fasilitas laboratorium BK hingga perpustakaan kampus yang selalu membantu untuk mencari referensi dari dalam maupun luar negeri. Petugas perpustakaan juga selalu siap membantu untuk keperluan ini.

Agus bersama timnya mentargetkan penelitian ini selesai pada September 2018 dan dapat menghasilkan software untuk dipublikasikan dalam seminar. (AK/CF).

 

Pendidik Harus Kreatif dan Pandai Pecahkan Masalah

 

Pada seminar nasional yang diselenggarakan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Sapardi Djoko Damono menyampaikan pentingnya bahasa, sastra, pendidikan dan teknologi. Ia merupakan penyair dan juga pendidik di salah satu universitas di Indonesia yang telah mendapat penghargaan nasional maupun internasional.

Sapardi mengingatkan, di era digital mahasiswa harus memiliki inisiatif untuk mempelajari hal-hal yang tidak diajarkan di perkuliahan. Penambahan pengetahuan ini sangat penting, utamanya untuk memahami karya sastra dan sebagai bekal menjadi pendidik.

“Paham kebahasaan saja tidak cukup, harus memahami kebudayaan dan keilmuan lain seperti teknologi untuk memahami karya sastra. Mahasiswa harus mandiri, mencari sumber-sumber maupun referensi, misalnya sekarang ada e-book dan audio book.”

Untuk pendidik Bahasa Indonesia, Sapardi menyarankan setiap pendidik harus memiliki kreativitas dalam mengajarkan kesusastraan kepada para siswanya. Terkadang pembelajaran sastra menjadi membosankan karena metode mengajarnya yang monoton. Ia menyarankan kepada pendidik maupun mahasiswa sebagai calon pendidik membentuk paradigma baru dalam menghadapi masalah.

“Masalah harus diciptakan dan dipecahkan agar ilmu pengetahuan tidak berjalan di tempat. Salah satunya dengan menciptakan teknologi untuk melakukan sesuatu, untuk menjawab setiap permasalahan,” paparnya dalam seminar bertajuk Paradigma Mutakhir Pembelaharan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Abad XXI, Sabtu (3/3/2018) di Grand Inna Malioboro. (ard)

Dr. Rully Charitas Indra Prahmana Saragih, S.Si., M.Pd., Menekuni Pendidikan Matematika Realistik

Rully Charitas Indra Prahmana Saragih memiliki sederet prestasi yang mengagumkan. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UAD itu menempuh pendidikan dari jenjang sarjana, magister, hingga doktor dengan beasiswa. Ia lulus dari S-1 Matematika UGM, S-2 Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya (Unsri), dan S-3 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

“Alhamdulillah semoga semuanya penuh berkah dan manfaat,” ucapnya singkat, Rabu (14/3).

Sewaktu menempuh program S-3, Rully menulis disertasi berjudul “Local Instruction Theory Penelitian Pendidikan Matematika untuk Menumbuhkan Keterampilan Mahasiswa Calon Guru dalam Melakukan Penelitian dan Menulis Karya Ilmiah”. Di bawah bimbingan supervisor Prof. Yaya S. Kusumah, Ph.D. dan Prof. Dr. Darhim, M.Si., ia berhasil menyelesaikan disertasi itu tepat pada bulan Agustus 2016.

“Saya mulai kuliah S-3 pada bulan Agustus 2013. Alhamdulillah lulus tepat tiga tahun,” ujarnya.

Saat ditanya apa perasaannya setelah berhasil meraih gelar doktor di usia muda, Rully menjawab singkat, “Alhamdulillah senang dan gak nyangka bisa menyelesaikan studi dalam waktu kurang dari tiga tahun.” Dengan lulus tepat waktu, ia bisa membuat bahagia orang tuanya, khususnya ibu. Ayahanda dari Rully telah tiada sejak dirinya kecil.

“Janji saya yang belum saya tepati kepada Ibunda ialah dapat mengundang beliau di acara pengukuhan guru besar saya. Insyaallah,” harapnya.

Rully berencana, setelah meraih SK Lektor Kepala, ia ingin melakukan Summer Course di Utrecht University, Belanda. Di sana, katanya, pusat penelitian di bidang Pendidikan Matematika Realistik dan Desain Penelitian berada. “Setelah itu, saya ingin mengajukan usulan jabatan fungsional Guru Besar. Semuanya ini saya lakukan untuk mendukung UAD dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) dalam target meningkatkan poin saat reakreditasi institusi lima tahun ke depan,” kata suami dari Rina Sri Kalsum Siregar, S.ST., M.Stat. dan ayah dari Muhammad  Zuna Prahmana Saragih dan Quthbie Shofwan Saragih. Selamat dan semoga sukses, Pak Rully! (dok)